Ditahun 2019 Negaraku ini terasa sangat biasa saja, semua berjalan seperti seharusnya, Pedagang kaki lima menyiapkan dagangannya sejak pukul 04:00 dini hari dan mulai menjajakan dagagannya pukul 06:00 pagi. Buruh pabrik sudah macet-macetan berangkat menuju tanggal yang dinanti-nanti, pun terbiasa mendengar nyanyian sumbang dari suara klakson dan bisingnya kenalpot motor yang saling bersautan. Begitu juga Seorang guru, tetap melakukan aktivitas rutinnya seperti belajar satu BAB lebih subuh dari peserta didik dan datang di sekolah sebelum pukul 07:00 pagi.
Diakhir tahun 2019 seorang guru berbicara didepan kelas kepada peserta didiknya “ Anak-anak kalian tahu tidak di China ditemukan virus baru, yang sangat mudah sekali manyebar dan sangat berbahaya sekali bagi umat manusia, virus itu diberi nama corona virus. Yang menurut WHO (World Healthy Organitation) virus ini dapat menyebar melalui udara.“ kita pun tahu apa yang dipikirkan para peserta didik, ya mungkin biasa saja karena MenKes kitapun saat itu biasa-biasa saja tidak terlalu menganggap serius virus ini, ia juga meminta masyarakatnya untuk bersyukur karena virus ini tidak terdeteksi di Indonesia. Kita sebagai rakyat Indonesia tentu senang mendengar ini, samapai-sampai dibuatkan meme tentang corona virus, ini adalah bukti akan kratifnya rakyat +62.
Namun pada hari Senin 2 Maret 2020 lalu. Saat itu, Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya pasien yang positif terpapar virus corona untuk pertama kalinya. Dan BOOOOM . . . semua orang menjadi paranoid, karena percaya ini virus yang sangat berbahaya. Lalu apa yang harus kita lakukan, bagaimana cara mencegahnya, Apa Obatnya bila kita terpapar ?. Rasa takut tentu menyelimuti pikiran dan hati kita, Tapi tidak sedikit juga orang yang berfikir ini hanya konspirasi, ini hanyalah virus yang dibuat untuk keuntungan pihak-pihak tertentu saja, apakah kita juga berfikir seperti itu ?.
Sejak diumumkan virus ini menjadi pandemi Negaraku berubah, dari yang tadinya kebiasaan menjadi kebinasaan, pedagang kaki lima yang dulunya berharap untung yang berlimpah, sekarang tidak bisa berjualan, jangankan untuk mencari konsumen dan mendapat untung, untuk keluar rumah saja dilarang, beribadah di rumah ibadah saja dilarang, susah kita untuk bertahan hidup. Buruh pabrik banyak yang di PHK, “Lantas bagaimana saya bisa bayar listrik, kreditan motor, dan uang sekolah anak saya ?” itu kata mereka.
Lalu bagaimana dengan seorang guru, dosen atau tenaga pendidik yang WFH (Work From Home), Enak sekali mereka tetap digaji walaupun tidak mengajar. Saya katakan, “sama sekali tidak”, karena dengan adanya pandemi cara mengajar pahlawan tanpa tanda jasa itu 181 derajat berubah, kita harus belajar menggunkan aplikasi yang belum pernah kita coba sebelumnya, kita mengajar online (Daring), harus punya kuota internet yang cukup dan sinyal yang bagus, guru ditungtut untuk tetap melahirkan generasi penerus yang berkualitas, sedangkan ini adalah situasi yang buruk dan belum kita alami sebelumnya. Ya sama saja tidak ada yang diuntungkan dikala pandemi, sebentar “Tapikan ada pengusaha dan pejabat pemerintah yang malah bertambah kekayaannya dikala pandemi, apakah merek ambil keuntungan dari kebijakan-kebijakan pemerintah, apakah mereka melakukan korupsi, menggelapkan uang negara atau berbisnis dengan rakyat, bisa-bisanya semua orang sedang susah begini banyak pekerja yang di PHK, banyak pengusaha gulung tikar, ini kok, malah nambah kaya! bagaimana caranya ?” ya entahlah Kalau kita harus husnudzon, merekalah yang bisa memanfaatkan kesempitan menjadi kesempatan. Setuju ya ?
Sampai saat ini 30 desember 2021 kasus covid-19 sudah mencapai 4,26 juta orang terpapar dan 144 ribu meninggal dunia, ini data yang kredibel dan saya ambil dari salah satu web yang terpercaya, bukan hoax ya. Buktinya banyak orang disekitar kita seperti tetangga, keluarga atau mungkin kita sendiri pernah terpapar virus ini, terus apakah kita masih tidak percaya adanya virus corona ?, baru-baru ini beredar berita teranyar kalau ada virus corona varian Omicron, Delta dan Deltacron yang sudah masuk ke Negaraku, iya sih, kaya Pop Ice banyak variannya, tapi kalau kamu bukan dokter ya jangan sotoy seolah lebih tahu dan lebih hebat dari mentri.
Kita punya cara pandang yang berbeda memang mengenai pandemi virus corona ini, ada yang sangat percaya dan ada yang mati-matian bersuara virus ini tidak ada, akhirnya jadi perkusi perdebatan di sosial media yang nggak pernah ada akhirnya, okey semua orang mengemukakan pendapat dengan cara pandang masing-masing team, team percaya dan team konspirasi. Kamu tau ngga, satu hal yang lebih indah dan berkilaun dari pada ilmu mu yang tinggi itu ? “Menghargai” menghargai pendapat dan cara pandang orang lain, bagaimana jadinya jika seorang yang saling berhadap-hadapan memperdebatkan arah kiri dan arah kanan ? sampai kapan pun tidak akan pernah selesai karena arahnya pasti berbeda, perspektifnya juga berbeda. Lalu apa jadinya jika kita saling menghargai ? “Perdebatan selesai.” Sikap kita sebagai manusia yang mausiawi tidak seharusnya kita mengatakan kepada orang yang terpapar virus, kalau virus ini tidak ada atau tidak percaya, apalagi sampai tidak mengikuti aturan pemerintah dalam hal menerapkan ProKes (Protokol Kesehatan) dan menjaga 3M (Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak). Terlepas ada atau tidaknya virus ini, peraturan tetaplah peraturan harus kita ikuti dan taati, toh, perturannya juga mengajak kita untuk hidup sehat dan saling menjaga orang-orang di sekitar kita, yuk mulai saat ini kita jaga kesehatan kita, keluarga dan orang-orang yang kita sayangi, yuk akh.