Era society adalah suatu istilah yang mengacu pada suatu periode waktu tertentu di mana masyarakat mengalami revolusi secara fundamental dalam berbagai aspek kehidupan, seperti budaya, politik, ekonomi, dan teknologi, sehingga ada perubahan yang sangat signifikan dalam cara masyarakat berinteraksi, bekerja, dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya.

Begitupun dengan era society 5.0, konsep yang diresmikan pada 30 Januari 2018 oleh Pemerintah Jepang tersebut bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam semua aspek kehidupan masyarakat, dengan menempatkan manusia sebagai pusat transformasi, sehingga pemanfaatan potensi teknologi secara maksimal sebagai fokus bisa benar-benar meningkatkan kualitas hidup manusia, yang pada akhirnya akan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.

Melihat tujuan dan dampak era society 5.0 bagi peningkatan kualitas hidup manusia, maka pengoptimalan era society 5.0 ini merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Untuk itu agar bisa mengoptimalkan era society 5.0 ini, kita sebagai pelaku di era ini harus mengenal segala tantangan serta kendala yang muncul di era ini agar bisa mengantisipasi dan mengatasi segala hambatan yang bisa mendisrupsi proses transformasi.

Dari berbagai literatur ditemukan  beberapa tantangan dan kendala yang dihadapi dalam proses mengoptimalkan era society 5.0 :

  1. Kesenjangan akses teknologi;

Masih terdapat kesenjangan akses teknologi antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara negara maju dan berkembang meskipun teknologi semakin merata. 

    2. Kesenjangan keterampilan digital;

Kesenjangan dalam keterampilan digital masih terjadi karena tidak semua orang memiliki keterampilan digital yang diperlukan untuk menggunakan teknologi secara efektif.

   3. Privasi dan keamanan data;

Perkembangan pesat dalam hal pengumpulan dan pertukaran data telah menimbulkan kekhawatiran tentang privasi individu dan keamanan data, bisa saja terjadi penyalahgunaan data, serangan siber, dan penyalahgunaan teknologi untuk tujuan yang merugikan.

   4. Etika penggunaan teknologi;

Dalam era society 5.0 ada tantangan dalam menetapkan kerangka kerja etika yang memandu pengembangan dan penggunaan teknologi, hal ini erat kaitannya dengan tanggung jawab sosial yang harus dimiliki perusahaan dalam mengambil keputusan, membuat dan menggunakan teknologi.

   5. Ketergantungan pada teknologi;

Hal ini juga merupakan tantangan yang bisa dihadapi ke depannya, Masyarakat bisa menjadi sangat rentan terhadap kegagalan sistem, serangan siber, dan hilangnya keterampilan tradisional (manual).

   6. Ketidaksetaraan digital;

Ketidaksetaraan digital merupakan tantangan yang merujuk pada kesenjangan dalam hal akses, penggunaan, dan pemanfaatan TIK antara individu, kelompok, komunitas, atau wilayah. Ketidaksetaraan ini bisa terjadi dalam bentuk akses fisik, keterampilan dan pengetahuan, perbedaan akses ke konten, divide generasi, dan divide ekonomi.

   7. Perlindungan lingkungan.

Merujuk pada berbagai tantangan dan hambatan yang terkait dengan upaya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

Untuk bisa mengatasi tantangan dan meminimalisir kendala yang sudah dan akan terjadi maka berbagai upaya harus dilakukan. Salah satu bidang yang bisa memberikan kontribusi dalam upaya pengoptimalan era society 5.0 adalah bidang pendidikan. Garapan bidang pendidikan adalah membentuk dan melahirkan sumber daya manusia yang akan menjadi fokus dari era society 5.0.

Seperti kita ketahui bahwa era society 5.0 menempatkan manusia sebagai pusat transformasi, artinya bahwa manusia memiliki peran sentral dalam mengarahkan dan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk kepentingan manusia itu sendiri, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan teknologi semata. Untuk itu dibutuhkan manusia-manusia yang mau berperan aktif serta berpikir, bersikap dan bertindak sebagai pelaku atau subjek di era society 5.0, jangan sekedar jadi manusia objek atau penonton yang bahkan memanfaatkan teknologi dengan optimalpun tidak bisa dilakukan.

Dari sini kita melihat bahwa manusia yang dibutuhkan agar era society 5.0 ini bisa optimal dimanfaatkan demi kualitas hidup masyarakat yang lebih baik lagi adalah hadirnya manusia-manusia subjek. 

Lantas bagaimana keterkaitan antara ”manusia sebagai pusat transformasi” dan ”manusia subjek” secara lebih spesifik :

  1. Peran aktif dalam transformasi;

Manusia sebagai pusat transformasi menunjukkan bahwa individu memiliki kemampuan untuk mengambil peran aktif dalam mengarahkan pengembangan teknologi dan menggunakan teknologi tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup dan masyarakat secara keseluruhan. 

Dalam hal ini, “manusia subjek” mengacu pada individu yang tidak hanya menerima perubahan, tetapi juga berkontribusi secara aktif dalam merancang, mengembangkan, dan menerapkan solusi-solusi inovatif

    2. Pemberdayaan dan kemandirian;

Konsep “manusia subjek” menekankan pemberdayaan individu untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran dan pengembangan diri. Dalam era Society 5.0, ini mencakup kemampuan untuk belajar secara mandiri, mengembangkan keterampilan baru, dan beradaptasi dengan perubahan teknologi. 

Manusia sebagai pusat transformasi memperkuat konsep ini dengan menekankan bahwa individu memiliki kontrol atas penggunaan dan pengembangan teknologi, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan kemampuan beradaptasi mereka.

    3. Kreatifitas dan inovasi.

Kedua konsep ini saling melengkapi dalam mempromosikan kreativitas dan inovasi. Manusia sebagai pusat transformasi menekankan bahwa kreativitas manusia adalah sumber utama inovasi, dan teknologi seharusnya digunakan untuk memfasilitasi dan meningkatkan kreativitas ini. 

Sebagai “manusia subjek”, individu diharapkan untuk menggunakan kreativitas mereka untuk menghasilkan solusi-solusi baru yang dapat mengatasi tantangan dalam masyarakat.

Melihat begitu penting dan erat keterkaitan antara manusia subjek dengan posisi strategis manusia dalam era society 5.0 yaitu sebagai pusat transformasi, maka tugas pendidikan dalam rangka mengoptimalkan era society 5.0 adalah membentuk manusia subjek. 

Untuk bisa mewujudkan ”manusia  subjek” dalam era society 5.0, maka pendidikan tidak lagi hanya tentang mentransfer pengetahuan, akan tetapi dengan membentuk manusia sebagai subjek yang cenderung menekankan pada pengembangan potensi individu, pemahaman diri, kritis berpikir, serta kemandirian. 

Untuk itu dibutuhkan pendekatan yang bersifat holistik serta bertujuan untuk membentuk individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki keterampilan, sikap, dan  nilai-nilai yang dibutuhkan untuk menjadi subjek aktif dan berdaya dalam kehidupan mereka dan masyarakat.

Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat membentuk manusia sebagai subjek:

  1. Pendidikan berbasis kemandirian;

Memfasilitasi siswa untuk mengambil peran aktif dalam proses belajar mereka, memberikan mereka kontrol atas pembelajaran mereka sendiri. Pendekatan ini mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, inisiatif, dan tanggung jawab atas pembelajaran mereka.

Untuk itu siswa diberi kebebasan untuk memilih topik penelitian atau proyek yang sesuai dengan minat dan keinginan mereka. Mereka didorong untuk mengatur jadwal, merencanakan strategi pembelajaran, dan mengevaluasi kemajuan mereka sendiri.

    2. Pembelajaran kontekstual;

Mengintegrasikan pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata, memungkinkan siswa untuk melihat relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari mereka. 

Hal ini membantu membangun pemahaman yang lebih dalam dan koneksi yang kuat antara konsep yang dipelajari dengan aplikasinya dalam kehidupan nyata, seperti siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah nyata dalam masyarakat mereka dan merancang solusi yang relevan. Misalnya, mereka bisa mengadakan proyek lingkungan di mana mereka mempelajari tentang isu-isu lingkungan lokal dan menciptakan kampanye kesadaran atau tindakan nyata untuk mengatasi masalah tersebut.

    3. Pendekatan kolaboratif;

Mendorong kolaborasi antara siswa, guru, dan masyarakat dalam proses pembelajaran. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan kerjasama.

Untuk itu siswa ditempatkan dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek atau tugas, di mana mereka perlu berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Mereka dapat belajar dari satu sama lain, mengembangkan keterampilan komunikasi, dan menghargai keberagaman pendapat dan kontribusi.

    4. Pendekatan berbasis proyek;

Menggunakan proyek atau tugas yang melibatkan pemecahan masalah nyata untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, dan pemikiran sistemik. Proyek ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengambil inisiatif, merencanakan, dan mengimplementasikan solusi mereka sendiri.

Misalnya siswa dapat diminta untuk membuat proyek penelitian yang mendalam tentang topik tertentu yang mereka minati, seperti melakukan penelitian tentang dampak teknologi terhadap kehidupan sehari-hari atau mempelajari tentang keanekaragaman hayati di lingkungan setempat dan memberikan rekomendasi untuk pelestariannya.

    5. Pendidikan nilai;

Memasukkan pengembangan karakter dan nilai-nilai moral ke dalam kurikulum, membantu siswa untuk mengembangkan kepedulian sosial, empati, integritas, dan keadilan.

Siswa diajak untuk merefleksikan nilai-nilai seperti integritas, empati, dan tanggung jawab sosial dalam setiap aspek pembelajaran mereka. Mereka dapat diminta untuk mempertimbangkan implikasi etis dari tindakan mereka dan memikirkan cara untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

    6. Pendidikan berbasis kecerdasan jamak;

Mengakui dan menghargai keberagaman individu, baik dalam hal kecerdasan, minat, bakat, maupun gaya belajar. Dengan memperhatikan kecerdasan jamak, pendidikan dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih inklusif dan beragam.

Misalnya siswa dapat diberi kesempatan untuk mengeksplorasi topik melalui seni visual, penulisan kreatif, diskusi kelompok, atau eksperimen praktis sesuai dengan kecenderungan dan preferensi mereka.

    7. Pendidikan berkelanjutan.

Mendorong pembelajaran sepanjang hayat dengan memfasilitasi kesempatan untuk pengembangan profesional dan pribadi di semua tahap kehidupan.

Siswa dapat didorong untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler, magang, atau kursus online untuk terus mengembangkan keterampilan mereka di luar sekolah.

Mengacu kepada beberapa pendekatan pendidikan “manusia subjek” di atas, kami menemukan sebuah penelitian  yang membahas tentang manfaat dari pendekatan tersebut terhadap pencapaian sukses individu. Sebuah penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Harvard Graduate School of Education menemukan bahwa siswa yang dilengkapi dengan keterampilan interpersonal, seperti kemampuan berkomunikasi yang efektif dan kerjasama tim, memiliki peluang yang lebih baik untuk mencapai kesuksesan baik dalam karir maupun kehidupan pribadi. Studi ini juga menemukan bahwa keterampilan non-kognitif seperti kreatifitas, empati dan resolusi konflik memainkan peran kunci dalam membentu individu yang tangguh dalam menghadapi perubahan yang cepat dan kompleks dalam lingkungan kerja dan sosial.
 

Daftar Pustaka

Rifai, M., & Adam, F. (2020). Challenges and Opportunities in the Society 5.0 Era: A Literature Review. In 2020 8th International Conference on Cyber and IT Service Management (CITSM) (pp. 1-6). IEEE

Doe, A. (2018). The Role of Social Media in Modern Marketing. Marketing Today. Diakses dari https://www.marketingtoday.com/social-media-marketing/

Heckman, J. J., & Kautz, T. (2013). “Fostering and Measuring Skills: Interventions That Improve Character and Cognition.” National Bureau of Economic Research. Diakses dari https://www.nber.org/system/files/working_papers/w19656/w19656.pdf 

Johnson, R. (2022, Februari 15). The Benefits of Online Learning. Education World. Diakses dari https://www.educationworld.com/online-learning-benefits

Schleicher, A. (2019). “Preparing for the future: what education systems need to do.” Education Working Paper No. 200, OECD Publishing, Paris. Diakses dari https://www.oecd-ilibrary.org/education/preparing-for-the-future-what-education-systems-need-to-do_2ff98275-en

Syahrial Nupin, Iswadi. (2022). Penerapan Konsep Society 5.0 di UPT. Perpustakaan Universitas Andalas. Diakses dari https://pustaka.unand.ac.id/makalah-pustakawan/item/266-society-5-0-pustaka-unand#:~:text=Pada%2021%20Januari%202019%2C%20Jepang,Internet%20of%20Things%20(IoT)

Takayama, K., & Mochizuki, T. (2018). Society 5.0 and the Future of Education: Implications for Teaching and Learning. Journal of Educational Technology and Society, 21(3), 16-25. Diakses dari https://www.jstor.org/stable/26273821 

OECD. (2019). “Future of Work and Skills.” OECD Employment Outlook 2019. Diakses dari https://www.oecd.org/els/emp/wcms_556984.pdf 

UNESCO. (2015). Education 2030: Incheon Declaration and Framework for Action for the implementation of Sustainable Development Goal 4. UNESCO. Diakses dari https://uis.unesco.org/sites/default/files/documents/education-2030-incheon-framework-for-action-implementation-of-sdg4-2016-en_2.pdf 

211 Views

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *