Harapan. Berbicara tentang harapan, semua orang pasti memiliki harapannya masing-masing. Terinspirasi dari drama Garapan WB (Warner Bros Television) yaitu The Sandman.

Ada salah satu adegan dimana pemeran utama yaitu Dream harus “berperang” melawan Lucifer (penjaga neraka) untuk mendapatkan kembali helm miliknya yang telah diberikan kepada iblis oleh manusia pengabdi setan. Ternyata cara “berperang” nya ini sangat unik, mereka harus menyebutkan dirinya masing-masing sedang menjadi apa pada saat itu.

              “Peperangan” itu diawali oleh Lucifer yang menjadi seekor serigala mengerikan, supaya dapat mengalahkan serigala maka Dream pun memilih menjadi seorang pemburu berkuda penikam serigala. Lalu Lucifer memilih menjadi seekor ular berbisa yang menyerang kuda. Selanjutnya Dream memilih menjadi seekor burung pemangsa bercakar tajam yang melahap ular untuk mengalahkannya. Lalu, Lucifer memilih menjadi bakteri penghacur darah hangat. Untuk mengalahkan itu Dream memilih menjadi dunia, yang melayang di udara dan pemelihara kehidupan. Selanjutnya Lucifer memilih menjadi Nova yang meledak, membakar planet, lalu untuk mengalahkannya Dream memilih menjadi universe (alam semesta) yang mencakup segalanya, merangkul semua kehidupan. Lalu untuk mengalahkan itu, Lucifer memilih menjadi anti life (anti kehidupan) binatang penghakiman, kegelapan di akhir segalanya.

Pada saat itu “peperangan” terhenti sejenak karena Dream terbujur kaku dan lemas (saat adegan ini pun saya bertanya-tanya kira-kira harus menjadi apa ya supaya dapat mengalahkan anti life) dan ternyata Dream menjawab sambil terbata-bata bahwa dia adalan harapan (I am Hope). Ternyata harapan lah yang menang. Di drama The Sandman ini diceritakan tidak ada hal apapun yang dapat mengalahkan harapan. Dan saya pun setuju akan hal itu, mengapa?

Seperti yang sudah saya jelaskan di atas bahwa apabila kita berbicara tentang harapan, maka semua orang pasti memiliki harapannya masing-masing. Harapan itu bisa dibilang akan sangat sulit untuk terintervensi, apalagi pada seseorang yang memiliki tekad kuat untuk mewujudkan harapan itu. Dan saya yakin setiap orang pasti memiliki harapan yang sangat ingin mereka wujudkan. Apa itu? Akan kita bahas nanti.

I am Hope, bisa dikatakan kalimat ini sekarang menjadi salah satu penguat saya dalam menjalani kehidupan, kenapa? Karena bisa dikatakan saat ini saya menjalani hidup dari berbagai macam harapan. Harapan saya, harapan orang tua, harapan keluarga, dan harapan orang lain.

Sebagai contoh dikala saya lelah dengan pekerjaan saya sebagai ASN, saya ingat bahwa dulu Papah saya berharap saya menjadi seorang ASN yang berintegritas. Dikala saya rasanya ingin menyerah saat kesusahan, saya ingat saya mempunyai harapan harus menjadi orang yang lebih baik lagi dari sebelumnya, maka tidak ada kata menyerah, segala macam masalah harus diselesaikan.

Dikala saya terpikirkan untuk melakukan sesuatu yang bisa dikatakan salah, saya ingat keluarga saya berharap saya bisa menjalani kehidupan ini dengan sebaik mungkin tanpa merugikan diri sendiri, keluarga dan orang lain, maka saya dituntut untuk selalu berpikir tentang sebab dan akibat yang akan terjadi jika saya melakukanya.

Di kala saya terpikirkan akan melaksanakan pekerjaan yang tidak maksimal, saya ingat rekan kerja saya berharap saya dapat menjadi seseorang yang selalu berusaha untuk melakukan pekerjaannya dengan semaksimal mungkin dan dapat membantu memajukan sekolah. Dikala saya terpikirkan untuk menjadi guru yang “seadanya” dan tidak bertanggung jawab saya ingat ada harapan dari peserta didik yang ingin mendapatkan ilmu dari saya sebanyak mungkin. Disini saya hidup sebagai harapan dari orang lain. dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.

We are Hope, kalau kalimat ini saya artikan sebagai acuan bahwa kita hidup menjadi harapan untuk orang lain. Jadi, kalau I am Hope hidup sebagai harapan dari orang lain, sedangkan We are Hope hidup menjadi harapan untuk orang lain. Maksud dari kalimat ini adalah pada saat kita menjalani kehidupan berusahalah untuk selalu membantu sesama dalam hal apapun sesuai dengan kemampuan kita. Karena tanpa kita sadari sebetulnya tujuan manusia hidup salah satunya adalah untuk menjadi harapan bagi satu sama lain.

Kira-kira begitulah pendapat saya terkait kenapa harapan tidak bisa “terkalahkan”. Oh iya ada satu hal lagi harapan saya dan harapan kalian juga tentunya yang betul-betul tidak bisa terintervensi dan “terkalahkan” yaitu harapan dari dan untuk Allah SWT. 

Kita sebagai manusia terutama yang beragama islam pasti sudah tidak asing lagi dengan kalimat “Sandarkanlah segala harapanmu hanya kepada Allah SWT” “Hadirkanlah Allah dalam setiap harapan kita”. Jadi pada intinya apa pun itu, seberat apapun masalah yang kita hadapi, ingat apa yang menjadi harapan Allah SWT untuk kita sebagai manusia dan harapan yang kita serahkan kepada Allah SWT sebagai manusia.

Satu lagi, ingat Allah SWT selalu ada untuk kita. Jangan pernah meragukan kuasa Allah SWT. So, enjor your life, live life to the best, that is your journey from Allah SWT for the good result in the ending, Jannah, Insyaallah. Begitulah saya menjalani hidup ini, semoga menginspirasi.

794 Views
One thought on “GLS BERLIAN : Dwie Yustin Pratiwi, S.Pd.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *