Bukannya bermaksud mengumbar aib keluarga hanya berbagi, Semenjak keluar dari SMP berarti umur saya kurang lebih  15 tahunan sudah berpisah hidup dengan kedua orang tua, saya hidup dengan saudara, pada tahun 1990 pada waktu itu saya kelas 10 SPG  sekarang sederajat dengan SMK atau SMA bertempat di Batumarta Palembang, mendapat khabar bahwa Ibuku meninggal dunia. Dan saya pulang ke tasikmalaya untuk melihat jasad ibuku. Emang saya kurang kasih sayang kurang perhatian dari kedua orang tua saya.karena jauhnya jarak saya ada di palembang ayahku ada di Tasikmalaya. Ada juga rasa ingin jumpa atau kangen ingin ketemu dengan ayah ..terkadang ketemunya hanyansetahun sekali waktu hari raya idul fitri dan apa daya lautan yang memisahkannya. Ketika saya masih sering berkumpul dengan adik-adik SPG tidak jarang saya mndengar cerita-cerita mereka mulai dari urusan hati hingga urusan keluarga rata-rata mereka tidak nyaman dengan kondisi rumah mereka. Biasanya karena orang tua. Kondisi tersebut terkadang membuat seseorang menjadi down. lalu dengan mudahnya dijadikan sebagai alasan mengapa seseorang tidak berprestasi atau tidak menjadi apa-apa.   ikut dengan kakak saya,  gimana rasanya hidup dengan saudara. Saya bahkan pernah merasakan “ngenger” ikut orang lain dan jauh dngan orang tua, ibuku meninggal dunia dan ayah ku menikah lagi sedih rasanya waktu itu.namun hal tersebut  tidak pernah saya pikirkan alasan untuk tidak menjadi siapa-siapa dalam fase kehidupan saya. Jujur saja.pernah sekali dalam fase kehidupan saya, saya meratapi nasib yang harus menjadi anak korban broken home, lalu terpaksa ikut dengan saudara. akhirnya saya lelah meratapi nasib, toh dengan meratap nasib sya tidak akan berubah. Akhirnya, sejak saat itu,terus belajar dan belajar menuntut ilmu sekolah diteruskan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke unversitas dan alhamdulillah saya lulus thun 1998  untung kakak-kakakku peduli kepada saya saya berharap untuk menjadi yang terbaik, sejauh yang saya mampu,broken home tidak membentuk pribadi kita, tapi kitalah yang membentuk pola pikir dan  kepribadian kita-kita harus mempunya konsep hidup yang jelas dan kuat. Tidak semestinya kita menyalahkan keadaan dan orang lain atas kegagalan kita. Jika tidak ingin gagal maka harus berjuang.  Jadi pemuda jangan cengeng jadi pemuda jangan gampang galau orang tua yang kawin lagi atau bercerai sebagai pengalaman dalam hidup kita, untuk kehidupan kita yang lebih baik di masa depan. Jadikan cerminan jika nanti berumah tangga. Artinya, jika kita sudah lebih bagaimana rasanya menjadi anak broken home maka tentunya kita tidak kepingin kalau anak kita menjadi korban broken home. Sebaiknya orang tua nikah lagi atau perceraian adalah cambuk yang akan melecut semangat kita untuk memperbaiki keadaan dan alhamdulillah berkat perjuangan dan doa tentunya dengan semangat yang menggebu dan melupakan apa itu broken home atau kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua berkat ijin Allah saya menjadi PNS tahun 2006, betul saya adalah salah satu korban broken home tapi saya mengubah cara pandang dan jangan mengkambing hitamkan perceraian atau ayah kawin lagi, kehidupan akan terus berlangsung, masa depan kita ada ditangan kita sendiri bukan ditangan orang tua kita.

389 Views

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *