Sebuah kutipan dari Echkhart Tolle, seorang penulis dan pembicara terkenal berkebangsaan Jerman, menyatakan bahwa “You Don’t Use Your Mind, It Uses You”, “Kamu tidak menggunakan pikiranmu, pikiranlah yang menggunakanmu”. Kutipan ini mengantarkan kita pada suatu fakta tentang bagaimana pikiran bisa mengendalikan diri kita.
Mari kita coba buktikan dengan gambar jeruk Lemon yang sedang diperas ini. Pada umumnya, saat kita melihat gambar seperti ini atau bahkan mungkin hanya dengan mendengar namanya saja, tanpa kita sadari ada bagian dari tubuh kita yang memberi respon. Apakah itu? yap benar sekali…tubuh kita merespon nya melalui air liur yang memenuhi rongga mulut kita.
Begitu juga saat kita menyaksikan tayangan horor, tubuh melalui jantung yang berdegup kencang menunjukkan respon takut, hingga tanpa sadar sembunyi dibalik apapun itu. Kisah sedih yang kita saksikan lewat tayangan drama, direspon oleh tubuh dengan mengeluarkan air mata dan dada yang mungkin terasa sesak. Lalu saat kita menyaksikan tayangan tabrakan dengan luka hebat menyebabkan tubuh bergidik ngeri hingga lemas persendian, belum lagi saat membaca kisah romantis, tanpa sadar kita senyum-senyum sendiri.
Dari beberapa contoh tersebut kita mendapatkan fakta bahwa pikiran cenderung tidak bisa membedakan apakah informasi yang diterimanya fakta atau bukan. Hal ini terkonfirmasi dengan respon yang tetap ditunjukkan oleh tubuh untuk setiap informasi tersebut, padahal informasi yang diterima pikiran tersebut bukan fakta.
Untuk itu kita harus sangat berhati-hati dengan pikiran kita. Jangan sampai sesuatu yang bahkan belum terjadi seperti tentang masa depan, berita tidak pasti, ramalan, mampu membuat pikiran kita menjadi negatif, dan akhirnya timbul rasa cemas, gelisah, serta takut yang lambat laun jika hal itu dibiarkan maka akan berpengaruh negatif terhadap tubuh fisik kita. Pikiran yang negatif juga sangat bisa berpengaruh buruk terhadap perkembangan kehidupan sosial seseorang baik itu di masyarakat maupun dunia kerja. Perlu diingat tidak ada manusia yang betah mendekat pada orang yang tidak ramah, tidak punya empati, selalu berburuk sangka, banyak mengeluh, selalu menganggap apapun sebagai masalah, tidak pernah bisa melihat hal baik dari sisi manapun, karena pikirannya tertutup, karena pikirannya negatif. Dia akan dijauhi karena dianggap membawa suasana menjadi tidak nyaman dan bahkan buruk untuk lingkungannya.
Berbeda sekali jika kita bisa mengendalikan pikiran kita agar tetap positif, walaupun masalah yang sedang dihadapi tidak mudah dan itu ada, masalah itu nyata buat diri kita. Akan tetapi kemampuan kita dalam mengendalikan pikiran agar tetap berada dalam kondisi positif akan mampu membuat kita lebih tenang dalam menerima segala permasalahan. Pikiran yang positif akan mampu menuntun dan membuat kita fokus pada hal-hal baik yang mungkin bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang sedang kita hadapi.
Mengingat begitu pentingnya pikiran positif bagi kualitas hidup. Maka pengendalian pikiran menjadi sangat perlu dilakukan. Pengendalian pikiran harus dimulai dengan mencintai diri sendiri, lakukan afirmasi positif, bersyukur, melakukan kegiatan yang bersifat fisik, melakukan hobi yang kita senangi, mengatur tujuan, bergaul dengan orang-orang yang positif, melakukan relaksasi atau meditasi, dan meminta bantuan tenaga professional jika dirasa sudah sangat kesulitan mengendalikan pikiran
Sumber Pustaka :
Goleman, Daniel. Emotional Intelligence : Why It Can Matter More Than IQ. New York : Bantam Books, 1995.
Neff, Kristin. Self-Compassion : The Proven Power of Being Kind to Yourself. New York : William Morrow, 2011
Seligman, Martin E.P. Learned Optimism : How to Change Your Mind and Your Life, New York : Vintage Books, 1991.
Tolle, Eckhart. The Power of Now : A Guide to Spiritual Enlightenment. Novato: New World Library, 1997.