Aktivitas manusia tiada henti-hentinya setiap hari. Mulai dari pekerja kantoran, anak sekolah, buruh pabrik, petani, pedagang, nelayan dan lainnya mereka mengejar waktu untuk mencapai suatu tujuan. Bahkan ada aktivitas manusia sebelum dan setelah fajar menyingsing (sebelum dan setelah sholat subuh) mereka keluar rumah untuk menunaikan tugas dan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Tidak hanya dikota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya bahkan dikota-kota sedang dan kecilpun aktivitas ini sering dilihat.

Dengan aturan yang dibuat, seseorang harus patuh memulai aktivitas dengan tidak mau datang terlambat. Misalkan seorang pelajar yang harus masuk sekolah sebelum jam 07.00 WIB, pekerja kantoran yang harus masuk kantor sebelum jam 07.00 WIB, buruh pabrik yang harus sampai ditempat kerjanya sebelum jam 07.00 WIB, pedagang yang ingin menjajakan dagangannya sebelum jam 07.00 WIB, petani dan nelayan yang harus sampai dilaut dan diladang, begitupun driver online yang siap mengantarkan pelanggannya sebelum jam 07.00 WIB harus ikut meramaikan jalanan,

Akibat waktu yang hampir bersamaan tersebut, maka semua orang sering menonjolkan egonya masing-masing, tanpa mempedulikan orang lain yang butuh juga akan waktu, Karakteristik negara berkembang ini membuat rakyatnya kurang disiplin dan sering menonjolkan ego sektoral, akhirnya stress yang timbul selama diperjalanan dan ini tidak hanya di Indonesia saja, di negara-negara berkembang lainnya juga hampir sama seperti di Vietnam, India, Pakistan dan negara lainnya. Berbeda jauh dengan negara maju seperti Singapur, Malaysia, Jepang dan negara maju lainnya, dapat dilihat mereka lebih mengutamakan disiplin karena ada aturan yang dibuat untuk dipatuhi.

Berkaca dari pengalaman sehari-hari pada hari kerja, penulis mengamati jalanan macet, membuat mereka tidak mau datang terlambat dan saling mendahului tanpa mempedulikan keselamatan dirinya maupun orang lain. Ini diakibatkan oleh jumlah populasi masyarakat yang banyak melakukan aktivitas dipagi hari, jumlah kendaraan yang terus bertambah, pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan sampai dipinggir jalan, traffic light yang durasinya sangat singkat diperempatan jalan sedangkan penambahan ruas jalan tidak ada dan hanya sebagian kecil itupun tidak mencukupi dan lain sebagainya. Rutinitas seperti ini yang masing-masing orang menganggap dirinya lebih berhak untuk didepan, dibandingkan dengan orang lain. Mereka mengganggap tugas yang dibebankan kepada mereka adalah sebuah tugas negara yang menjadi tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhannya. Apakah ini benar-benar tugas negara? hanyalah waktu dan masing-masing mereka yang bisa menjawabnya.

478 Views

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *